Untukmu Aksara hatiku

Kepadamu yang memiliki hati, izinkan aku sedikit berbisik dalam aksara ini. Karena lantunannya tidak sekedar dengan tulisan, atau dipandang sekilas cukup melalui bacaan. Sungguh yang dibawa disini tidak lebih tidak kurang benar-benar dipersembahkan melalui perasaan. Karena dirimu begitu berharga..

Jumat, 18 Mei 2012

Mulai Membaca Perasaan


Lembaran yang Utuh

         Manusia adalah makhluk yang begitu istimewa di bumi ini. Bagaimana tidak, mengenal posisinya sebagai wakil Allah di dunia seakan-akan menunjukkan bahwa adalah peran mereka yang begitu besar untuk membina daratan, laut bahkan udaranya menjadi sesuatu yang sebetulnya dihadirkan sebagai fasilitas mewujudkan kebermanfaatan. Sehingga hal inilah yang demikian adakalanya membuat diri mereka seakan-akan lebih tinggi, begitu tinggi untuk lupa mengingat seperti apa derajatnya yang semestinya, begitu tinggi untuk lupa mengingat sebetulnya apa dan siapa diri mereka. Keadaan ini yang disebut dengan kondisi dimana seorang manusia lupa memanusiakan dirinya. 

Tapi beruntung, tidak sedikit dari semuanya sejak awal kepahaman telah dibenamkan dalam sanubari iman mereka, tentang apa yang ada di dalam hidupnya dan apa yang ada di dalam dirinya semua sejatinya bukanlah miliknya. Karena mereka lebih dari tahu, bahwa manusia itu tidak memiliki hak kepemilikan atas sehelai sesuatupun yang ada pada dirinya. Inilah perbedaannya antara mereka yang mengerti dengan yang tidak mengerti.

           Begitu indahnya Allah menyelenggarakan hidup kita. Diciptakannya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, benar-benar tidak ada yang sama. Bahkan meskipun ada yang menyebutkan istilah kembar, boleh jadi itu di luar tubuh tapi tidak dengan apa yang di dalam dada. Diciptakan beragam antara warna satu dengan warna yang lainnya, antara sifat satu dengan sifat yang lainnya juga antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya. Artinya sejak awal kita sudah diajarkan pada satu hal yaitu mengenal adanya perbedaan.

Kemudian kita juga ditunjukkan bagaimana malam bisa dipasangkan dengan siang, mereka tidak pernah berebut jadwal di langit. Juga ketika awan bisa dipasangkan dengan hujan, dimana belum pernah ditemukan ada hujan yang datang tanpa dikabarkan oleh awan. Bahkan daratan yang kering bisa dipasangkan dengan lautan yang basah, mereka juga tidak pernah berusaha saling menghabiskan tempat satu sama lain. Semua itu juga jelas mengajarkan dibalik semua perbedaan ada Zat Maha Tunggal yang sedang mengatur dan menghidupi kehidupan ini sehingga bisa jadi demikian harmonis.

Saya ambil contoh secarik cerita tentang Nabi Sulaiman As yang meminta kepada Allah SWT untuk mencoba menanggung rezeki berupa makanan makhluk-Nya yang ada di seluruh dunia. Menarik memang, mengingat betapa luar biasanya kerajaan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman As. Kala itu beliau memerintahkan bala tentaranya yang berjumlah besar bahkan dari kalangan jin maupun manusia untuk mengumpulkan makanan yang luar biasa banyak jumlahnya di sebuah lahan yang begitu luar biasa luas. Makanan-makanan itu tidak lain dan tidak bukan memang sengaja dipersiapkan untuk memenuhi hasrat lapar seluruh makhluk hidup yang ada dimuka bumi ini. Namun cantiknya, kisah ini kemudian diakhiri dengan begitu sempurna dalam sujudnya Nabi Sulaiman atas ketakjuban dalam ketaklukannya ketika mengetahui makanan yang baginya sudah begitu luar biasa besar dan disiapkan dengan waktu yang tidak sebentar itu ternyata hanya mampu mencukupi kebutuhan makhluk Allah yang ada di dalam air untuk sekali makan, belum yang ada di langit, apalagi yang di darat. Tidak salah akhirnya bila ada kesimpulan yang mengatakan, bagaimanapun juga rezeki memang tidak dapat dihitung dengan angka-angka milik manusia.

Mendidik yang Paling Dekat
           
           Dalam berjalannya kehidupan, siapa gerangan guru yang paling dekat dengan kita kalau bukan diri ini sendiri dan siapa pula murid yang paling pertama kita ajari kalau juga bukan diri ini sendiri. Maksudnya, kita terkadang harus menyadari bahwa kita butuh untuk memaksa diri ini agar bisa menjadi tauladan yang bisa dicontoh, ditiru, dipelajari bahkan oleh diri kita sendiri. Bayangkan seandainya hal itu tidak dapat terjadi, sudah cukup banyak orang yang ingin berubah, tapi itu tidak pernah terjadi karena ia tidak sanggup menimbulkan dorongan-dorongan untuk membangun kesempatan, cara dan tindakan menuju perubahan, mereka cenderung melihat diri ini hanyalah seonggok daging tanpa harga kapasitas yang pantas. Orang-orang yang seperti inilah yang tidak perlu lagi untuk kita tambah jumlahya.

Jadi, pentingnya mengetahui diri kita sebagai guru privat pribadi adalah untuk menyadari bahwa ada banyak kemungkinan-kemungkinan yang luar bisa di dalam diri kita, ada kemampuan ketauladanan dan menjadi tauladan yang baik pada diri kita, juga banyak hal lain lebih dari itu. Artinya, belajar dari guru yang itu adalah dirimu sendiri, adalah saat dimana engkau diminta untuk menjelajahi dirimu, sadari dan tingkatkan kepercayaan atas kemungkinan bahwa engkau melihat gurumu yang itu adalah dirimu sendiri yang memang dilahirkan untuk bisa menjadi seorang tauladan. Lalu tanpa terlepas dari itu semua, dimana kiranya kita meletakkan Allah SWT dalam proses pendidikan kita? Sederhananya, Allah SWT lebih dari sekedar guru dan lebih dari sekedar dekat.

Beralih pada persoalan murid. Betul memang rasanya kita lebih bisa menerima ketika orang lain menyebut kita sebagi seorang guru. Tapi juga harus diingat, orang pertama yang harus dibimbing itu sebetulnya adalah diri kita sendiri. Mengajari diri sendiri untuk lebih mampu berawal dari memiliki ilmu. Ada sebuah keistimewaan dalam mempelajari ilmu, sebagaimana yang tersuratkan indah dalam firman Allah “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujâdilah [58]: 11). Dengan ilmu kita bisa menjaga diri kita, dengan ilmu pula kita bisa menyibak tabir antara mana yang haq dan bathil. Jangan jauhkan ilmu itu dari kehidupanmu, karena Islam telah begitu mendidik kepada kita tentang betapa berharganya ilmu. Lihat saja dari fakta sejarah yang ada, betapa Islam itu tumbuh dengan semerbak dalam peradaban-peradaban yang dihiaskan ilmu pengetahuan. Maka mari dari ilmu itu kita mempelajarinya, mengamalkannya dan mengajarkannya. Terutama didahului dengan mengajarkannya pada diri kita sendiri. Karena saya juga menyadari betapa mudah rasanya menunjuk seseorang dan mengingatkannya, ketimbang menunjuk diri ini sendiri dan mengingatkannya. Dorongan yang dilahirkan sungguh berbeda. Dorongan mengingatkan orang dibandingkan dengan dorongan untuk mengingatkan diri sendiri. Seandainya kita tidak keras terhadap diri ini, maka dunia akan begitu keras terhadap kita.

Bukalah Meski Sebentar

Izinkanlah dalam tulisan ini penekanan mulai tampak pada persoalan kecerdasan yang sepatutnya dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Apapun bentuknya, diantaranya yang terkait pada kepribadian, tentang sebuah kecerdasan yang mendorong kita untuk senantiasa mencari tafsir atas segala sesuatu yang terjadi pada kehidupan ini.

Pernah dikemukakan di hadapan publik, betapa manusia memiliki beragam bentuk kecerdasan dan diantaranya adalah kecerdasan untuk menjelajahi diri sendiri. Nah, Sudahkah kita bertamasya ke dalam pikiran dan hati kita? Itu pertanyaan mudahnya. Jauh hari orang sudah mengenal istilah passion atau bisa juga disebut dorongan hidup. Mereka sudah biasa mendengar dan mengenal istilah itu tapi tidak pernah tahu semacam apa bentuknya. Mereka sering menyebutkan ada sesuatu yang bergelora dalam jiwa mereka tapi tiba-tiba kehabisan kalimat ketika ditanya bagaimana mematik apinya juga mengarahkan nyalanya. Lebih dari itu, mereka sering mengatakan ingin berubah tapi mereka tidak tahu caranya, dan apa yang harus dirubah. Kekhawatiran bisa saja timbul, karena jangan-jangan apa yang senantiasa kita lakukan untuk perbaikan, yang senantiasa kita perjuangkan untuk merubah hidup, nyatanya harus ditutup perumpamaan ibarat kita yang setiap hari sedang menggarami lautan. Luar biasa usahanya, tapi hasilnya sama saja. Jadi, tekad saja tentu tidak cukup.

Bacalah halaman dirimu, eksploitasi dan jelajahi perasaaanmu, jika perlu bicaralah dan selalu berbicaralah dengan dirimu, utarakan kalimat-kalimat yang membangunkannya, utarakan kalimat-kalimat yang mengobati lukanya. Agar engkau lebih mengenalinya, lebih dari orang lain. Mereka yang telah menemukan titik temu dalam penjelajahan itu, layaknya seorang pilot yang sedang menerbangkan pesawat dan sudah mengetahui di mana letak-letak tombol yang ia perlukan. Mereka yang telah menyelaraskan dorongan dengan tindakan, layaknya seorang manusia yang begitu memahami makna pertumbuhan, dimana segala sesuatu yang kecil adalah awal dari hal yang besar dan tidak perlu menjadi seorang raksasa jika berkeinginan untuk memiliki hati yang besar. Beri waktu sejenak untuk merenung, sejenak dalam setiap waktu yang diperlukan, agar tekad yang dibangun bisa begitu mesra bergandengan dengan tujuan.

Tidak mudah, berat, penuh dengan godaan dan harus berkali-kali untuk dicoba. Butuh kerja keras memang, tapi itu adalah ukuran yang pantas ketika kita tahu hasil akhirnya memang bagi kita sungguh berharga. Ambil tauladan dengan melihat kepantasannya pada dirimu, ajari dirimu dan petik hasinya. Manusia tidak akan pernah bisa membuat ladangnya berbuah, jikalau sebelumnya tidak ada biji yang ditanam. Manusia tidak akan pernah bisa menyelesaikan membaca sebuah buku, jikalau satu halaman saja enggan untuk Ia buka.




Selasa, 08 Mei 2012

JAGASTU! - Jaga Semangat Itu

Mengenali Semangat
            
             Semangat adalah sebagai modal. Pemiliknya adalah mereka yang diantaranya bercirikan sabar dalam kepahitan, bertahan meski dalam keluh-kesah, serta berjuang sampai akhir walau sudah diambang batas lelah. Setiap harinya, rasa itu akan selalu menjadi warna yang menggerakkan diri ini dalam menyambut sebuah harapan. Karena tak jarang takdir jelas mengatakan, yang menjadikan jauh tidaknya jarak kita pada sebuah keinginan dilihat dari seberapa besar semangat yang kita siapkan untuk mendapatkan.

              Berusaha dalam hidup merupakan bagian dari terlaksananya semangat dalam diri kita. Ukurannya bisa diketahui dalam proses perjalanan, karena naik turunnya semangat itu dilihat dari bagaimana kita memaknai besarnya harga dari sebuah tujuan. Demikian sama juga halnya dengan amanah, terkadang yang kita butuhkan adalah sedikit membuat harganya tampak lebih besar diakhir.

              Karena ketika semangat itu terus dijaga, bagaikan hati ini tak ada habisnya bertasbih atas sebuah do’a.

Datangnya Sebuah Amanah

              Tidak ada didunia ini orang yang ingin mengalami kesusahan, keseluruhan dari mereka pasti menginginkan kebahagiaan dan kemudahan. Namun sayangnya tidak bisa demikian, sebab inilah hidup. Sesuatu yang sedang mengajarkan kita atas sebuah hal untuk dijadikan sebagai bekal.

              Amanah yang datang itu tidak hanya hadir sebagai berkah, namun ia juga diikuti dengan beragam masalah. Ini yang menjadi dasar, karena itulah beramanah itu selalu membuat kita jadi lebih cepat dewasa dari pada biasanya. Urusan mampu tidaknya, biar Allah yang menguatkan kita.

              Menjalankan amanah adalah tanda dari kehidupan, meskipun bukan dalam konteks pekerjaan ataupun tugas, tapi minimal dia menjalankan amanahnya sebagai seorang manusia. Harta yang senantiasa perlu dijaga salah satunya adalah kepemilikan kita terhadap semangat. Yang bisa jadi semua orang memilikinya tapi tidak semua bisa bersedekah atasnya. Karena itu bersyukurlah ketika minimal dalam setiap hari selalu ada semangat yang bisa kita bagi, dan benar adanya seorang penyeru kebaikan itu harus memiliki kapasitas bersemangat yang lebih besar dari pada umumnya, agar dia bisa menularkannya pada orang-orang disekitarnya.

Terjatuh di Perjalanan

              Adakalanya kita menyadari betapa semangat itu tiba-tiba pergi. Rasa jenuh, lelah dan mungkin sakit hati menghinggapi. Ini yang kemudian disebut romantika, sebab tak jarang dalam fase kehidupan, kita akan menemui dimana diri ini akan tiba saatnya menjadi begitu melankolis. Itu merupakan kewajaran, tapi yang menjadi catatan adalah jangan sampai pikiran ini berujung pada keadaan yang begitu mendramalisir keadaan.

              Semangat yang tinggi ketika dibenturkan dengan realitas yang dipandang dengan tidak tepat maka akan terkikis sedikit demi sedikit sampai tak bersisa. Inilah bahayanya kelewat realistis, karena hal ini begitu dekat dengan rasa pesimistis. Perasaan ini seolah membuat kita harus bersabar dalam barisan yang tak pernah bergerak.

              Biarkan hidup ini senantiasa bernasyid dengan semangat-semangatnya, mendendangkan kebaikan dan saling bersedekah atas sebuah nasihat. Semangat itu bisa timbul dari luar, tapi tak sedikit pula yang berasal dari dalam sini, dari dalam hati. Maka barang yang siapa yang asalkan hatinya sudah ia betulkan, tidak ada lagi yang ia hadapi kecuali segala sesuatunya tampak lebih dimudahkan.

Kamis, 17 Februari 2011

Sampai malam pasti dikalahkan pagi

SAMPAI MALAM PASTI DIKALAHKAH PAGI
-------------------------------------------------------

             Suasana siang hari itu akan bergantung pada bagaimana kita memulai pada paginya. Dan indahnya hari esok itu, bisa kita jumpai begitu lengkap dengan menyimpan harapan pada hari sebelumnya. Harapan itu akan selalu ada, dan yang seperti inilah sebuah peristiwa dalam hidup yang bisa dikatakan sebagai usaha tuk menjemput lebih awal segala sesuatunya.

             Naungan hidup akan selalu berorientasi pada 3 hal. Masa lalu, kini, serta waktu yang akan datang. Ada kaitan yang begitu jelas antara 3 moment ini. Meskipun sifatnya bukanlah sekedar ketergantungan, tapi bentuknya lebih tepat sebagai suatu keutuhan. Masa yang lalu akan menjadi ilmu dan cerita, masa kini akan berbentuk rindu dan upaya, dan waktu yang akan datang akan jadi bingkai atas hasil dan warna-warninya.

             Saya yakin akan tiba waktunya kita akan menjumpa, periode ini akan terbahasakan lebih mudah dengan berupa sebuah rasa yakin, bahwa masa pribadi yang jahiliah akan selalu dapat berganti menjadi era pribadi yang bersinar begitu indah. Lebih tepatnya, setiap orang memang memiliki masa lalunya, namun akan selau berhak atas kebaikan tuk masa depannya. Sekali lagi kita semua berhak, karena Ini semua adalah tentang perubahan. Hanya saja yang perlu sedikit kita lakukan adalah untuk menjemput perubahan itu.

LINGKAR PEDULI DAN LINGKAR KEMAMPUAN

            Manusia itu memiliki dua macam lingkaran didalam dirinya. Lingkar Peduli dan Lingkar Kemampuan. Ketika pertama kali terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah di Bumi Allah, ia sempat berdalih dengan mengatakan bahwasannya Umarlah yang paling pantas dilihat dari sepak terjangnya. Namun para sahabat memiliki pandangan yang lebih kompleks, salah satu diantaranya adalah tentang lingkar peduli serta lingkar kemampuan yang ada dalam dirinya

            Ada sebuah batasan tipis antara tingkat keinginan dan harapan (lingkar peduli) serta tingkat kemampuan dan kendali (lingkar kemampuan). Lahirnya sebuah keinginan ini didasarkan atas tumbuhnya rasa peduli. Dan tujuan dari ungkapan kepedulian ini pada akhirnya harus selalu beriringan dengan apa itu yang disebut dengan lingkar kemampuan. Kalau saja manusia itu melayang terlampau tinggi pada perluasan lingkar peduli tanpa diiringi ukuran lingkar kemampuannya, maka dia hanya akan terjatuh pada lembah angan-angan tak berkesudahan. Sebaliknya jikalau seseorang itu tenggelam lebih dalam pada meluaskan lingkar kemampuan tanpa diiringi dengan bertambahnya batasan lingkar kepedulian, maka dia hanya akan tenggelam pada kekecewaan atas raihan-raihan yang begitu banyak ia sia-siakan. Porsi yang benar adalah menentukan ukuran yang tidak sekedar sama rata, tapi menentukannya dengan sesuai kebutuhannya. Bisa jadi yang satu lebih tinggi, atau mungkin yang lain lebih tepat untuk jadi yang paling atas.

             Mengapa demikian, pergulatan antara lingkar peduli dan lingkar kemampuan ini akan digarisi oleh sebuah ketentuan yang disebut dengan realita. Selamanya kita tidak bisa membunuh akan segala kemungkinan dari realita, tapi kita mampu untuk berjalan beriringan bersamanya, menemukan jalan didepan bersamanya, dan membentuk impian itu secara strategis juga bersamanya. Karena terlewat realistis itu sangatlah dekat dengan rasa pesimistis. Sehingga tak salah jika kita mencoba tuk sedikit bertoleransi dengan apa itu realita, namun tetap dalam naungan selalu optimis menuju tujuan yang idealnya.

BERHARAP, DAN PERUBAHAN ITU AKAN SELALU ADA


             Yang membedakan antara orang yang beriman dengan tidak, salah satunya adalah dengan masih adanya harapan didalam dadanya. Putus asa itu manusiawi, namun jangan sampai kita kehilangan asa itu. Sambunglah dan temukan jalannya untuk kemudian terus berlari kembali. bukan sebagai mentari yang dikalahkan malam, tapi malam yang dikalahkan pagi. lebih terang, dan memang menggantikan gelap yang lalu, tak bersisa.

             Hari-hari indah esok akan selalu siap tuk dilamar, pertanyaanya adalah seberapa baik kita menyiapkan saat ini untuk dijadikan sebagai mahar.



Bumi Allah
Arief Budi
07-02-2011
Untuk Semua

Beradu dengan Mimpi

BERADU DENGAN MIMPI

         Manusia itu seolah berada pada dua tepian, selalu ada diujung masa lalu, dan tinggal selangkah untuk menuju masa yang akan datang. sekalipun baru sedetik yang telah terlewatkan, maka sebenarnya sedetik yang lalu itu telah menjadi sejarah yang kadang belum tertuliskan.

         Banyak kemudian cerita-cerita akan kepahlawanan yang luar biasa di Indonesia yang tak sempat terbahasakan. sebagaimana pertarungan para pemuda indonesia, yang tidak sekedar didasari oleh cinta negeri semata, tapi juga merupakan bentuk Jihad atas agama Allah. bagaimana para pasukan santri di bawah asuhan para kyai ketika Palagan Ambarawa menjadi pionir-pionir yang luar biasa untuk menumpas segala bentuk perlawanan dari bangsa Belanda. teks ini terasa hilang dari perputaran arus sejarah yang luar biasa cepatnya, ketika tidak tertuliskan dalam pena emas menyongsong masa-masa kejayaan.

          Setiap dari diri kita ini merupakan bagian dari sejarah, lebih kecil lagi kita adalah para pelaku sejarah. ini berarti, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk nantinya menjadi pribadi yang biografinya tertuliskan singkat dengan stempel tanda penghormatan. satu dengan yang lain akan memiliki kesempatan sejarah yang sama yang hadir dibelakangnya, dan satu dengan yang lain akan memiliki kesempatan masa depan yang sama pula dilihat dari masa yang akan terus hadir sebagai rahasia dihadapannya.

MAKA SEJARAH DAN MASA DEPAN ITU

           Tidak, kita tidak akan mempersolakan lebih panjang tentang masa yang telah berlalu, tidak pula mencoba berkhayal terlewat tinggi untuk masa yang akan datang. tapi kita sedang dalam upaya membebaskan fikiran untuk saat ini mencoba memberikan warna ditiap sudut yang kita punya. seolah mencoba terus dan terus membisikkan dalam kepala "jikalau kita kehilangan sebuah kesempatan, maka ciptakanlah kesempatan itu!". diksi yang sangat sederhana untuk dituliskan dalam brankas niat adalah "Berubahlah", namun jikalau mencoba lebih filosofis maka akan tergores "Bernuansalah".

          Sejarah selamanya akan terus berlalu, tapi tidak dengan ceritanya. cerita itu bisa saja terlewatkan, tapi tidak jika begitu sohor kapasitas pemerannya. pandangan tuk tertuliskan sejarah ini bisa jadi merupakan jalan yang kemudian tersusun rapi sebagai jembatan atas fase-fase yang belum terlaksana, ya itulah mimpi. menjadi sebuah arsitek yang tangguh terhadap mimpi melalui jalan terselubung dengan perpaduan indah atas keseharian serta momentum yang selalu menyajikan nuansa-nuasa yang fenomenal dan menyejarah. dimulai dari kita yang berjalan diatasnya, untuk waktu yang selanjutnya. namun jikalau jalan itu saja tidak terniatkan untuk disikap, serta membebaskan diri agar gelombang waktu menghempas-ratakan beragam bentuk puzzle sisa perjalanan, maka inilah yang bisa disebut dengan pemuda yang dilupakan oleh zaman.

 Terakhir, menyejarah itu layaknya sebuah pilihan... maka bernuansalah.



Bumi Allah
Arief Budi L
18-01-2011
Untuk Semua